Rabu, 28 Desember 2016

Ranah Afektif

           Ranah afektif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat (Purwanto, 2009). Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks (Sudjana, 2014: 30).
1)      Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.pada tahap ini peserta didik memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus (stimulus).
2)      Respon/tanggapan mengandung arti adanya partisispasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka atau melakukan sesuatu sebagai respon terhadap gejala itu. Tingkatan yang tertinggi pada kategori ini yaitu minat dan motivasi.
3)      Menilai atau menghargai, artinya memberi penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala yang cukup konsisten. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
4)      Organisasi (mengatur atau mengorganisasi), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, dan pemantapan nilai yang telah dimilikinya.
5)      Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai artinya mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai-nilai dengan cara yang cukup selaras dan mendalam sehingga individu bertindak konsisten dengan nilai-nilai, keyakinan atau cita-cita yang merupakan inti falsafah dan pandangan hidupnya. Pada peringkat ini menurut Nasution (2006) para peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentu pola hidup.
     Kelima tingkatan ranah afektif tersebut diganbarkan sebagai suatu hirarki, dimana penerimaan merupakan tahapan yang paling rendah dalam tingkatan afektif dan karakterisasi nilai merupakan tingkatan yang paling tinggi (Mudjiono dan Dimyati, 2009).
b.      Ranah Psikomotoris
                 Menurut Sudjana (2014) Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), (b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain), (d) kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan, (e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks, dan (f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
      Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam keadaan tertentu telah berubah pula sikap dan perilkunya. Carl Rogers dalam Sudjana (2014) berpendapat bahkan seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif, maka perilakunya sudah bisa diramalkan.
      Hasil belajar afektif dan psikomotor ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dan praktek kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas lebih dan sulit dipantau, namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab dapat langsung mempengaruhi perilakunya.
      Ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor  menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar