Jumat, 16 Desember 2016

Pendidikan Multikultural Sebagai Alternatif Pemecah Konflik dan Sebagai Pembinaan Budaya

       Diselenggarakannya pendidikan multicultural di dalam dunia pendidikan dapat menjadi solusi nyata bagi konflik disharmonisasi yang terjadi pada masyarakat, khususnya dimasyarakat Indonesia yang terdiri dari banyak budaya, dan banyak unsur-unsur sosial. Dengan kata lain, pendidikan multicultural dapat menjadi sarana alternative pemecah konflik sosial budaya. Struktur sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang  beragam menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan di Indonesia untuk mengolah perbedaan tersebut.
     Saat ini pedidikan multicultural mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi budaya luar dalam arus globalisasi yang tinggi dan menyatukan bangsa insonesia yang terdiri dari berbagai macam budaya. Namun pada kenyataannya, pendidikan multicultural belum digunakan dalam proporsi yang benar. Maka, sekolah dan perguruan tinggi dapat mengembangkan pendidikan multicultural dengan model masing-masing sesuai dengan otonimi pendidikan atau sekolahnya sendiri.
    Model-model pendidikan soal kebangsaan memang sudah ada, namun itu belum cukup dalam menghargai perbedaan masing-masing suku, budaya, maupun etnis. Hal ii dibuktikan dengan adanya konflik dari realitas kehidupan berbangsa saat ini. Hal ini berarti bahwa pemahaman mengenai toleransi di masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Pendidikan Multikultural Sebagai Pembinaan Budaya
      Di era saat ini tentu kita tahu bahwa arus globalisasi semakin tinggi dan itu membuat budaya-budaya luar masuk ke Indonesia dengan mudahnya,mulai dari acara televise, acara pentas seni dll. Oleh karena itu pendidikan multicultural dirasa sangat signifikan dalam upaya Pembina peserta didik agar tidak meninggalkan akar budayanya sendiri. Pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisa menjadi ancaman besar bagi generasi-generasi muda. Untuk menanggapi hal tersebut, sebaiknya peserta didik diberikan bekal berupa pengetahuan yang beraga, memiliki kemampuan global, termasuk kebudayaan. Peserta didik harus diberikan pengetahuan yang luas mengenai banyak budaya, agar siswa tidak melupakan asal budayanya.
   Bangsa ini perlu langkah antisipasi dalam menghadapi tantangan globalisasi, terutama dalam aspek kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEk) dapat memperpendek jarak dan memudahkan adanya persentuhan antar budaya. Ancaman ini sudah sangat kompleks sehingga upaya untuk mengantisipasinya harus serius dan disertai solusi konkret. Apabila tidak ditanggapi serius, khususnya dalam bidang pendidikan yang terkait erat dengan Sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia akan kehilangan arah dan melupakan kebudayaannya sendiri. Contoh : saat ini budaya korea dan jepang sudah mewabah di hampir semua kalangan masyarakat. Mulai dari pakaian dan bahasa, mereka jadi lebih tertarik dengan kebudayaan luar daripada kebudayaan sendiri. Mereka lebih bangga menggunakan pakaian khas luar daripada pakaian khas Indonesia (batik). Hal ini yang sudah terjadi di masyarakat.
   Jadi pendidikan multicultural sangant penting diterapkan di system pendidikan, karena dengan adanya pendidikan multicultural ini. Siswa lebih mengenal bangsanya sendiri daripada harus mengenal bangsa orang lain.

Sumber : Jamaludin, ujang dan Yulia Siska. 2016. PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar