Rabu, 28 Desember 2016

Mengapa PSH Diperlukan

Mengapa PSH diperlukan
    Ada beberapa alasan mengapa PSH itu diperlukan antara lain: keadilan, ekonom (biaya pendidikan), perubahan perencanaan, perkembangan teknologi, factor vokasional, kebutuhan orang dewasa, dan kebutuhan anak-anak masa awal (Cropley: 32-44).
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai alasan keadilan, ekonom, dan perubahan perencanaan.
a.       Alasan keadilan
   Jika PSH sudah terselenggara secara meluas di kalangan masyarakat, ini dapat menciptakan iklim lingkungan yang menimbulkan terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai kalangan dapat merasakan kesempatan pendidikan yang sama. Berarti pula bersamaan sosial, ekonomi, dan politik. Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). PSH pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial.
b.      Alasan ekonom
   Dinegara yang sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan hamper tak tertanggulangi. Disatu sisi tantangan untuk mengejar ketertinggalan dan mengikuti arus globalisasi dan keterlambatan pembangunan dirasakan, di sisi lain terbatasnya biaya dirasakan menjadi penghambat. Dan cara menanggulanginya yaitu dengan memperbesar daya serap sekolah misalnya system double sift, memperpendek masa pendidikan, dan sebagainya. PSH yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley: 35).
c.       Alasan factor sosial yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek.
     Perkembanan iptek yang semakin pesat memberikan dampak yang besar terhadap terjadinya perubahan-perubahan kehidupan sosial, ekonomi, budaya. Seperti berubahnya corak bekerja, status, hubungan sosial, dan yang tidak kalah penting yaitu berubahnya system dan peranan lembaga pendidikan.

     Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi ekonom, rekreasi, dan lain-lain, malah lebih banyak diambil alhi pleh lembaga-lembaga pendidikan, khususnya sekolah. Banyak orang tua yang menganggap bahwa seluruh tugas pendidikan sudah ditangani secara tuntas oleh sekolah, sehingga orang tua hanya tinggal menunggu hasilnya. Dan sebaliknya, sekolah menganggap bahwa pendidikan afektif sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Ketdak sinkronan konsep pendidikan lingkungan keluarga dengan pendidikan di sekolah menimbulkan kesenjangan. Dan kesenjangan tersebut dapat diisi melalui penyelenggaraan pendidikan seumur hidup (PSH) yang sifatnya menembus batas-batas kelembagaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar