Rabu, 28 Desember 2016

CIRC


CIRC merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Composition atau pengajaran kooperatif terpadu yaitu membaca dan menulis, dan termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan pendekatan komprehensif pada intruksi di kelas membaca dan menulis dengan membagi kelas dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen untuk melakukan serangkaian kegiatan bersama seperti partner reading, membuat prediksi, identifikasi tokoh dan solusi permasalahan, meringkas, reading comprehension dan strory-related writing. Namun pada dasarnya Cooperative Integrated Reading and Composition memiliki tiga elemen dasar, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan cerita, intruksi langsung dalam memahami bacaan, dan menulis terpadu tentang apa yang telah dibaca (Wulandari, 2010).
Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. (Slavin, 2005: 203). Menurut Heri Sutarno, dkk (2010) dalam Sastika, dkk (2013), model pembelajaran ini dibagi dalam beberapa fase, yaitu :
1)      Fase Orientasi
Pada fase ini, guru melakukan apersepsi dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Selain itu juga memaparkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa.
2)      Fase Organisasi
Guru membagi kelas kedalam beberapa kelompok, secara heterogen. Membagikan bahan bacaan tentang materi yang akan dibahas kepada siswa. Selain itu menjelaskan mekanisme diskusi kelompok dan tugas yang harus diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung.
3)      Fase Pengenalan Konsep
Dengan cara mengenalkan suatu konsep baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan ini bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, film, kliping, poster atau media lainnya.
4)      Fase Publikasi
Siswa mengkomunikasikan hasil temuan temuannya, membuktikan, memperagakan tentng materi yang dibahas baik dalam kelompok maupun di depan kelas.
5)      Fase Penguatan dan Refleksi
Pada fase ini guru memberikan penguatan berhubungan dengan materi yang dipelajari melalui penjelasan-penjelasan ataupun memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk merefleksikan dan mengevaluasi hasil belajarnya.

b.      Kelebihan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
            Kelebihan dari model pembelajaran CIRC menurut Sefulloh (2003) dalam Huda (2013: 221) adalah sebagai berikut :
1)      Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama.
2)      Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan keterampilan berfikir siswa.
3)      Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan siswa.
4)      Para siswa dapat saling mengecek pekerjaannya sehingga dapat membantu siswa yang lemah.
5)      Siswa akan berperan lebih aktif, serta dituntut untuk dapat saling mengkomunikasikan informasi yang didapatnya.
6)      Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan interaksi sosial, toleransi, komunikasi, dan respect terhadap gagasan orang lain.
7)      Memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar.

c.       Kekurangan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
1)      Model pembelajaran ini akan sulit diterapkan pada mata pelajaran yang menggunakan prinsip menghitung.
2)      Membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat diskusi.
3)      Sulitnya mengatur kelas untuk kondusif sehingga suasana kelas cenderung ramai.


Ranah Afektif

           Ranah afektif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat (Purwanto, 2009). Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks (Sudjana, 2014: 30).
1)      Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.pada tahap ini peserta didik memiliki keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus (stimulus).
2)      Respon/tanggapan mengandung arti adanya partisispasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memberi reaksi terhadap suatu gejala secara terbuka atau melakukan sesuatu sebagai respon terhadap gejala itu. Tingkatan yang tertinggi pada kategori ini yaitu minat dan motivasi.
3)      Menilai atau menghargai, artinya memberi penilaian atau kepercayaan kepada suatu gejala yang cukup konsisten. Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
4)      Organisasi (mengatur atau mengorganisasi), artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, dan pemantapan nilai yang telah dimilikinya.
5)      Karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai-nilai artinya mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai-nilai dengan cara yang cukup selaras dan mendalam sehingga individu bertindak konsisten dengan nilai-nilai, keyakinan atau cita-cita yang merupakan inti falsafah dan pandangan hidupnya. Pada peringkat ini menurut Nasution (2006) para peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentu pola hidup.
     Kelima tingkatan ranah afektif tersebut diganbarkan sebagai suatu hirarki, dimana penerimaan merupakan tahapan yang paling rendah dalam tingkatan afektif dan karakterisasi nilai merupakan tingkatan yang paling tinggi (Mudjiono dan Dimyati, 2009).
b.      Ranah Psikomotoris
                 Menurut Sudjana (2014) Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), (b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual (termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain), (d) kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan, (e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks, dan (f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
      Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam keadaan tertentu telah berubah pula sikap dan perilkunya. Carl Rogers dalam Sudjana (2014) berpendapat bahkan seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif, maka perilakunya sudah bisa diramalkan.
      Hasil belajar afektif dan psikomotor ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dan praktek kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotoris sifatnya lebih luas lebih dan sulit dipantau, namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab dapat langsung mempengaruhi perilakunya.
      Ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor  menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.


Klasifikasi Basil Belajar


     Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
   Berikut akan dijelaskan dari ranah kognitif 
a.      Ranah kognitif
                 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2014: 23). Berikut tipe-tipe hasil belajar:
1)      Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemhaman konsep-konsep lainnya.
2)      Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri dari sesuatu yang didengar atau dibacanya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
3)      Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam abstraksi baru disebut aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan, hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan pada situasi khusus.
4)      Analisis
Analisis merupakan memilah suatu integrasi menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang jelas hirarkinya atau susunannya sehingga mudah untuk dipahami. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian terpadu. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
5)      Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya.
6)      Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode,  materil, dll. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.


Konsep Dasar Media


       Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar, kata media berlaku untuk berbagai kegiatan usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang menemukan siswa dapat memperoleh pengetahuan.
       Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Keterampilan dan sikap jadi, dalam pengertian media bukan hanya alat perantara seperti TV, Radio, slide, bahan cetakan, tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan sesama, diskusi, seminar, karya wisata, simulasi dan sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap atau untuk menambah keterampilan.
a.    Pentingnya media pembelajaran
       Mengajar dapat di panjang sebagai usaha yang dilakukan guru agar siswa belajar, sedangkan yang dimaksud dengan belajar itu sendiri adalah proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman langsung adalah pengalaman yang diperoleh dari aktivitas  sendiri pada situasi yang sebenarnya. Bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa semakin konkrit siswa mempelajari bahan pengajaran. Contohnya melalui pengalaman langsung maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh siswa semakin abstrak bahasa verbal maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa.
b.    Fungsi Dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
•    menangkap suatu objek atau peristiwa – peristiwa tertentu
•     memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek-objek tertentu
•    menambah gairah dan motivasi belajar siswa
      Penggunaan media dapat menambah motivasi siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Dalam kondisi ini media dapat berfungsi :
•    Menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa kedalam kelas
•    Memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat oleh mata telanjang, seperti sel-sel butir, darah/ molekul bakteri dan sebagainya.
•    Mempercepat gerekan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihat dalam waktu  yang tepat.
•    Memperlambat proses gerakan yang terlalu cepat
•    Menyederhanakan suatu objek yang terlalu kompleks
•    Memperjelas bunyi-bunyian yang sangat lemah sehingga dapat ditangkap oleh telinga.
c.    Macam- macam Media Pembelajaran
•    media auditif, yaitu  media yang hanya dapat di dengar saja atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, dan rekaman suara.
•    Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung suara
•    Media audiovisual yaitu jenis media yang selain mengandung suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat misalnya, rekaman Vidio, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
d.    Prinsip- prinsip Penggunaan Media
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa dalam upaya memahami materi pelajaran.  Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa maka ada sejumlah  prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya:
•    Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pelajaran
•    Media yang akan di gunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran
•    Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa
•    Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas, dan efesien
•    Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasinya.
e.    Sumber Belajar
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses penyusunan perencanaan program pembelajaran. guru perlu menetapkan  sumber  apa yang dapat digunakan oleh siswa agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru khususnya dalam setting proses pembelajaran didalam kelas di antaranya adalah:
•    Manusia sumber
•    Alat dan bahan pengajaran
•    Berbagai aktivitas dan kegiatan
•    Lingkungan atau setting


Prinsip – Prinsip Umum Yang Mendasari Metode Mengajar


Faktor- factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar :
1.    Faktor raw input (yakni factor murid / anak itu sendiri ) dimana tiap anak  memiliki kondisi yang berbeda- beda dalam kondisi fisiologi dan kondisi psikologis
2.    Faktor environmental input (yakni factor lingkungan) , baik itu lingkungan alami maupun lingkungan social
3.    Faktor instrumental input, yang didalamnya antara lain terdiri dari:
a.     Kurikulum
b.    Program atau bahan pengajaran
c.    Sarana dan fasilitas
d.    Guru( tenaga Pengajar)
Adapun uraian mengenai factor –faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah:
•    factor dari luar
factor dari luar terdiri dari:
a.    factor environ mental input ( Lingkungan)
Kondisi lingkungan juga dipengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya, lingkungan social, baik yang berwujud manusia maupun hal- hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar.
b.    Faktor- factor Environ mental
Faktor- factor environ mental adalah factor yang keberadaan dan penggunaannya dirancangkan sesuuai hasil belajar yang diharapkan
•    Faktor dari dalam
Factor dari dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri, factor individu dapat dibagi menjadi dua bagian :
a.    kondisi fisiologis anak
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini akan menggangggu kondisi fisiologis) dan sebagainya, akan sanagat membantu dalam proses dan hasil belajar. Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar ( audio visual aids)
b.    kondisi psikologis
sebagaimana diuraikan terdahulu mengenai dasar-dasar  psikologis belajar dimana sikap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda (terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis), maka sudah tentu ( perbedaan-perbedaan itu sangat mempengaruhi  proses dan hasil belajar. Beberapa factor psikologis yang dianggap utama dalam hal mempengaruhi proses dan hasil belajar :
•    minat
•    kecerdasan
•    motivasi
•    kemampuan-kemampuan kognitif.

Pengertian Metode Mengajar

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti ‘melalui’ dan hodos berarti ‘jalan’ atau ‘jalan’. Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan. Adapun kata ‘metodologi’ berasal dari kata ‘metoda’ dan ‘logi’. Logi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disipliilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan.
Jadi yang dimaksud dengan metode pengajaran yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang motode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Atau bisa juga yang dimaksud metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di pergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Metode mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan keterampilan, dan sikap ( kognitif, efektif).


B.     Macam-Macam Metode pembelajaran :
1.      Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2.      Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3.      Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.       Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b.      Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c.       Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :
a.       Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.      Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c.       Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.



Konteks Yang Memperngaruhi Pendidikan

 Alat dan metode
Alat dan metode pendidikan ibarat dua sisi dari mata uang koin.alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektivitasnya. Alat dan metode adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Dan alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan kuratif.
1.      Yang bersifat preventif, yaitu yang dimaksudkan mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki. Misalnya larangan, hukuman, pembatasan dan peringatan.
2.      Yang bersifat kuratif, yaitu yang dimaksud memperbaiki, artinya memperbaiki kesalahan atau masalah-masalh yang sudah terjadi. Misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.
Untuk memilih dan melaksanakan alat pendidikan yang efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain:
a.       Kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapat
b.      Kesesuaiannya dengan peserta didik
c.       Kesesuaiannya dengan pendidik sebagai si pemakai
d.      Kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat tersebut.
    Persyaratan-persyaratan diatas harap penting untuk diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan. Sebab jika sampai salah memakai alat dan metode pendidikan akan menjadikan peserta didik frustasi dan mungkin salah arah.
   Salah satu alat pendidikan yang istimewa adalah hukuman. Sebabnya penggunaan hukuman harus dipertimbangkan dengan seksama, baru boleh digunakan manakala sudah tidak ada alat lain yang berkhasiat. Itu pun harus tetap di perhitungkan matang-matang sehingga hukuman akan menimbulkan nestapa yang sesuai dengan kemampuan si salah untuk memilklnya. Inilah yang dimaksud dengan hukuman pendagogik.
b.      Tempat petistiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasa disebut dengan tri pusat pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Kewibawaan Pendidik Perlu Dijaga


Bagaimana menjaga kewibawaan? Mungkin itu pertanyaan yang timbul dari seorang pendidik yang sedang bertugas. Ibarat cahaya lampu bagaimanapun juga suatu kewibawaan dapat memudar jika tidak dirawat dan dibina. Menurut M.J.Langeveld ada tiga (3) sendi kewibawaan yang harus dijaga dan dibina (langeveld, 1955: 42-44) yaitu:
a.       Kepercayaan
Percaya diri, itu yang kata yang tepat untuk menggambarkan arti dari kepercayaan ini. Jadi pendidik harus percaya dan yakin bahwa dirinya bisa mendidik dan juga harus percaya bahwa peserta didik dapat di didik.
b.      Kasih saying
Kasih saying ini mengandung dua makna, yakni penyerahan diri kepada yang disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Dengan adanya sifat penyerahan diri maka para pendidik timbul kesediaan untuk berkorban yang dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja. Sedangkan pengendalian terhadap peserta didik dimaksudkan agar peserta didik tidak berbuat yang merugikan dirinya.
c.       Kemampuan
Kemampuan pendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambil manfaat dari pengalaman kerja, dan lain-lain.

Sumber : Umar,Tirtarahardja. (2010). Pengantar Pendidikan.Jakarta ;PT RINEKA CIPTA


Pentingnya Membimbing Anak Dalam Mengolah Informasi


    Hai sobat, sudah tidak asing lagi di telinga kita mengenai globalisasi, perkembangan IPTEK, perkembangan arus informasi dan lain-lain. Semua itu ada dampak positif dan negatifnya, positifnya kita lebih mengetahuin luasnya dunia hanya dengan satu genggaman saja, yaitu dengan handphone yang ada di tangan kita. Bahkan di tahun 2016 ini tidak hanya orang dewasa atau orang tua saja yang dapat  mengoperasikan handphone atau smartphone, bahkan anak yang berada di masa kanak-kanak pun sudah dapat mengoperasikannya.
    Hal buruk dapat terjadi jika orang tua tidak membimbing anak-anaknya dalam mengolah informasi yang masuk. Misalnya, anak-anak sudah dapat menonton pornografi, menonton hal-hal yang sadis yang sebenarnya tidak layak untuk ditonton oleh anak-anak dan bahkan berujung pada tindak asusila yang sering terjadi di kalangan masyarakat.
    Tentu peran orang tua dalam membimbing anaknya dalam mengolah informasi sangatlah penting, tanpa bimbingan dan arahan dari orang tua, maka akan mengakibatkan terjadinya hal-hal yang disebutkan diatas. Lalu bagaimana cara  orang tua membimbing anaknya tanpa mengganggu proses penyesuaian anak dengan arus globalisasi. Yang pertama ialah, harus membatasi penggunaan ponsel bagi anak-anak, yang kedua ialah, harus mengunci aplikasi-aplikasi yang memungkinkan anak dapat mengakses informasi global. Yang ketiga, selalu luangkan waktu untuk bermain dengan anak, saling berkomunikasi agar kegelisahan anak dapat tersalurkan dan tidak menyalurkannya kepada hal-hal yang buruk.

   Mungkin hanya demikian informasi yang dapat saya sampaikan mengenai pentingnya bimbingan terhadap anak dalam mengolah informasi.

Kemandirian Dalam Belajar


a.       Arti dan prinsip yang melandasi
     Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.
b.      Alasan yang menopang
     Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang memperkuat konsep kemandirian dalam belajar, berikut alasan yang dikemukakan oleh Conny Semiawan, dan kawan-kawan (Conny S,. 1988: 14-16) sebagai berikut :
1.      Perkembangan iptek berlangsung pesat sehingga tidak mungkin lagi para pendidik untuk mengajarkan semua konsep dan fakta kepada peserta didik. Karena disebabkan oleh kemampuan manusia dalam menampung ilmu. Jalan keluarnya adalah peserta didik sejak dini dibiasakan bersikap selektif terhadap segala informasi yang membanjirinya.
2.      Penemuan iptek tidak mutlak benar 100%, sifatnya relative. Semua teori akan gugur karena adanya teori-teori baru yang sanggup membuktikan kekliruan teori tersebut. Untuk menghadapi hal seperti ini, perlu ditanamkan sikap ilmiah kepada peserta didik seperti keberanian bertanya, berpikir kritis dan analitis dalam menemukan sebab-sebab, dan pemecahan terhadap masalah.
3.      Menurut para ahli psikologi, para peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi masa kini.

4.      Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogyanya tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan penanaman nilai=nilai ke dalam diri peserta didik.