Rabu, 28 Desember 2016

Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia

 Seperti yang telah sering di bahas, bahwa sasaran dari pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.
   Manusia sejak lahir sudah dikaruniai oleh bakat dan potensi, namun masih dalam wujud potensi, artinya belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau “aktualisasi”. Dari kondisi ptensi menjadi “kenyataan”  terdapat proses yang panjang yang mengundang pendidikan untuk berperan dalam memberikan jasanya. Misalnya, seseorang yang dilahirkan dengan bakat melukis, memerlukan pendidikan untuk proses menjadi seniman lukis terkenal. Meskipun pada dasarnya pendidikan itu baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja dapat menjadi kesalahan, kesalahan yang lazimnya disebut dengan salah didik. Hal seperti ini bisa terjadi karena yang dididik adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Berkenaan dengan ini pengembangan dibagi menjadi dua yaitu
1.      Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan pleh dua factor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Naamun demikian kualitas dari hasil akhir pendidikan sebenarnya harus dipulangkan kembali pada peserta didik itu sendiri sebagai subjek sasaran pendidikan.
     Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.
a.       Dari Wujud Dimensinya
     Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman, antara keberagaman kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat pelayanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian di salah satunya.
    Pengembangan dominan kognitif, afektif, dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiganya mendapatkan pelayanan yang berimbang. Pengutamaan terhadap dominan kognitif dan mengabaikan dominan afektif misalnya terjadi pada kebanyakan system persekolahan dewasa ini hanya akan menciptakan orang-orang pintar yang tidak berwatak.
b.      Dari arah pengambangan
     Pengembangan yang sehat terhadap dimensi keindividualan memberi peluang pada seseorang untuk mengadakan eksplorasi terhadap potensi-potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihannya maupun kekurangannya. Pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksdukan mencakup yang bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia).
2.      Penembangan yang tidak utuh
    Pengembangan yang tidak utuh terhadap pengembangan dimensi hakikat manusia akan terjadi jika di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi yang diabaikan.
   Pengembangan yang tidak utuh akan berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mantap. Pengembanan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

Sumber : Umar,Tirtarahardja. (2010). Pengantar Pendidikan.Jakarta ;PT RINEKA CIPTA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar