Dalam
sistem pendidikan nasional, rumusan
tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
Berikut akan
dijelaskan dari ranah kognitif
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek
pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2014:
23). Berikut tipe-tipe hasil belajar:
1)
Pengetahuan
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan
dari kata knowledge dalam taksonomi
Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah
tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau
untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam
undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Dilihat dari segi proses
belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat
dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan atau pemhaman konsep-konsep lainnya.
2)
Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada
pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya
sendiri dari sesuatu yang didengar atau dibacanya, memberi contoh lain dari
yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.
Dalam taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada
pengetahuan. Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan,
sebab untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal.
3)
Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori,
atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam abstraksi baru disebut
aplikasi. Mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi
pengetahuan, hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat
sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Kecuali itu
ada satu unsur lagi yang perlu masuk, yaitu abstraksi tersebut perlu berupa
prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk diterapkan
pada situasi khusus.
4)
Analisis
Analisis merupakan memilah suatu integrasi menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian yang jelas hirarkinya atau susunannya sehingga
mudah untuk dipahami. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan
mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi
bagian-bagian terpadu. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada
seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara
kreatif.
5)
Sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam
bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan,
berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat dipandang
sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir
devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan atau jawabannya akan sudah
diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya.
6)
Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai
sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, materil, dll. Dilihat
dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar