Rabu, 28 Desember 2016

Dimensi Kesosialan


Seperti yang sudah banyak diketahui dan banyak diulas, bahwasanya setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas. Demikian kata M.J Langeveld (M.J. Langeveld, 1955: 54). Pernyataan ini dimaksudkan bahwa setiap individu dikarunia  kemampuan untuk bergaul. Artinya setiap manusia dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung unsur saling memberi dan menerima. Bahkan menurut Lengeveld, adanya kesediaan unsur menerima dan memberi dikatakan sebagai suatu kunci keberhasilan suatu pergaulan. Sikap menerima dan memberi itu sudah ada sejak masa bayi. Seorang bayi sudah dapat menerima belaian dari orang tuanya dengan mersepon rasa senang. Dan membalasnya dengan memberikan senyuman kepada lingkungannya, khususnya pada ibunya.
    Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, maka setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Dorongan ini sangatlah kuat, betapa kuatnya dorongan tersebut mengakibatkan penjara adalah hal hukuman yang paling berat dirasakan oleh manusia. Karena dengan diasingkannya didalam penjara dan dijauhkan dari interaksi dengan sesame, berari diputuskannya dorongan untuk bergaul tersebut secara mutlak.
    Immanuel kant seorang filosof tersohor bangsa jerman mengatakan : manusia hanya akan menjadi manusia jika berada diantara manusia. Tidak usah dipersoalkan lagi kenapa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Mengapa demikian? Sebabnya orang hanya mengembangkan keindividualitasannya dialam kehidupan sosial. Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang dapat belajar dari orang lain, mengidentifikasikan sifat-sifat yang baik untuk menjadi dimilikinya, dan membuang sifat-sifat yang buruk atau tdak cocok.

Sumber : Umar,Tirtarahardja. (2010). Pengantar Pendidikan.Jakarta ;PT RINEKA CIPTA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar