Keadaan guru maupun ruangan B&K
disekolah-sekolah sedikit berbeda dengan yang seharusnya ada. Dari dua guru
yang saya temui saya menemukan beberapa masalah yang terjadi di sekolah, baik
sarana dan prasarana, tenaga kerja yang kurang dan pemahaman dari guru bknya
itu sendiri. Berikut hasil dari wawancara saya dengan ke dua guru BK yang
bertugas di sekolah yang berbeda juga.
Guru pertama
Guru
pertama yang saya temui bernama yusuf, dia adalah seorang guru PAI yang
mengajar di . selain
sebagai guru PAI dia juga merangkap tugas menjadi guru BK, hal ini terjadi
karena kurangnya pengajar yang memang lulusan dari BK yang akhirnya
mengharuskan salah satu dari guru mata pelajaran yang dianggap sudah dewasa
untuk merangkap tugas menjadi guru BK.
Tidak hanya tugasnya yang merangkap
tetapi juga tugasnya mencakup keseluruhan tingkatan pendidikan di yayasan itu,
mulai dari SMP, MTS, dan SMA. Dan sayangnya, karena keterbatasan jumlah tenaga
kerja dan mungkin kurangnya pemahaman mengenai tugas guru BK, masih ditemui
pernyataan bahwa tugas guru bk yaitu menangani siswa-siswa yang bermasalah.
Mengenai hal ini pak yusuf menggunakan beberapa metode untuk menangani siswa
yang bermasalah yaitu, melakukan pendekatan dengan cara memanggil siswa yang
bermasalah tersebut dan kemudian diberikan pengarahan, kemudian jika tidak ada
perubahan dari siswanya, beliau memanggil orangtua siswa dan membicarakan apa
masalah dari siswa tersebut dan dari pembicaraan tersebut pasti ada titik temu
dan mengetahui apa saja penyebab siswa itu berbuat demikian. Seperti ada siswa
yang tidak ada kendaraan, atau tidak diberikan uang jajan, dan bahkan semangat
belajarnya yang kurang.
Selain melakukan pendekatan,dilakukan
kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti kesiswaan dan wali kelas untuk
mengatasi masalah siswa. Kemudian untuk mewujudkan semangat belajar diadakan
pula beberapa ekskul agar bisa menampung minat dan bakat siswa, dan setiap
siswa minimal diharuskan ikut salah satu ekskul. Dan memantau setiap kegiatan
siswa agar terkontrol.
Karena kurangnya pengajar dan membuat
guru bk di sekolah harus merangkap dan juga harus menangani lebih dari 500
siswa, itu membuat pak yusuf kualahan. Selain harus berfokus untuk mengajar di
kelas dia juga harus menangani siswa yang bermasalah, hal ini membuat pelayanan
terhadap siswa tidak maksimal. Menurutnya, sekolah minimal memiliki 3 (tiga)
guru bk untuk dapat melayani siswa dengan maksimal. Dan sikap guru bk menjadi
contoh bagi siswanya, jika guru BK nya saja sudah tidak rapih dalam berpakaian
bagaimana dengan muridnya nanti, hal ini yang membuat posisi guru BK tidak bisa
di tempati oleh guru mata pelajaran yang masih muda dan harus diisi oleh guru
yang senior (dewasa).
Di
sekolah ini juga tidak ada ruangan khusus yang disediakan untuk proses layanan
bimbingan. Yang digunakan sebagai ruangan bk untuk sementara masih bercampur
dengan ruangan yang biasa dipakai oleh kepala sekolah jika menerima tamu, atau
digunakan oleh guru-guru lain dalam proses penerimaan siswa baru. Hal ini juga
diakui oleh pak yusuf belum maksimal dalam hal ruangan, karena untuk ruangan
kelas saja masih kekurangan apalagi untuk ruangan bk.
Sementara itu, kesulitan-kesulitan yang
dihadapi di sekolah antara lain yaitu, masih belum maksimalnya kerjasama dengan
beberapa element pendidikan khususnya wali kelas yang kurang tanggap dalam
memberikan laporan siswa yang bermasalah kepada guru BK. Adanya diskomunikasi
dengan guru-guru lain sehingga membuat pelayanan kurang maksimal. Dan yang
kedua yaitu, dari segi jumlah siswa yang terlalu banyak dan hanya ditangani
oleh satu guru bk saja, walaupun ada catatan-catatan mengenai siswa, baik yang
bermasalah ataupun yang tidak bermasalah, akan kurang maksimal jika tidak didukung oleh guru-guru
lain.
Masalah-masalah yang ada di sekolah ini
antara lain kemalasan belajar dari siswanya dan kurangnya semangat untuk
menuntut ilmu. Contoh : ada siswa yang kesekolah hanya untuk unjuk muka saja
dan tidak mengharapkan ilmu dari guru, sehingga membuat siswa juga
malas-malasan ketika sedang berada di kelas. Dan juga untuk jaman sekarang
rata-rata siswa bersekolah tujuannya untuk memiliki ijazah saja tidak untuk
mencari ilmunnya. Sikap yang dilakukan pak yusuf sebagai pendidik yaitu
memberitahukan kepada siswa bahwa sekolah jangan hanya ingin ijazahnya saja,
karena ijazah mudah untuk didapat, tetapi carilah ilmunya yang diberikan oleh
guru.
Dari pak yusuf juga saya mendapatkan
saran agar ketika kuliah, teori saja dulu yang di perbanyak. Entah itu mengenai
mengatasi konflik-konflik antar individu dengan individu atau individu dengan
kelompok. Dan jika dirasa teori sudah cukup, harus ditunjang dengan
pengalaman-pengalaman dilapangan (praktek lapangan). Karena jika praktek tanpa
ilmu yang memadai akan kerepotan, begitupun sebaliknya, jika teori saja atau
ilmu saja tanpa ditunjang dengan praktek akan tidak maksimal.
Guru
kedua
Selanjutnya ialah guru B&K yang
bertugas di SMA N 1 KOPO dengan nama , beliau adalah guru dengan
basic pendidikan dari pendidikan PAI dan kebetulan guru PAI nya ada dua dan
akhirnya dia di tugaskan di konselor. Tetapi dia sudah melakukan sertifikasi
konselor pada tahun 2009. Dengan kata lain dia sudah layak untuk dijadikan guru
B&K di sekolah.
Menurutnya tugas guru BK di sekolah yaitu
untuk membantu mengambangkan kepribadian siswa baik dari aspek pribadi-sosial,
aspek karir maupun keluarga. Dan dia mengungkapkan bahwa ada ruangan khusus
untuk melakukan konseling individual, konseling kelompok, yang idealnya hampir seukuran dengan 1
ruangan kelas, yang isisnya ada meja untuk konseling kelompok dan konseling
individual, kemudian ada sofa, AC, tv, audio, dan dibuat senyaman dan seaman
mungkin. Karena siswa yang datang ke ruang BK kebanyakan dalam kondisi psikis
yang labil, banyak masalah, banyak uneg-uneg, itu semua butuh kenyamanan dan
keamanan agar siswa merasa nyaman dan mau menceritakan permasalahannya. Namun
karena keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah akhirnya hanya ruangan
seukuran 4x3 meter yang bisa digunakan untuk melakukan proses layanan, ruangan
ini pun dulunya bukan ruangan khusus BK tapi termasuk ruangan TU yang kemudian
disulap menjadi ruangan BK. Karena metode klasikal yang dilakukan oleh BK tidak
sama dengan klasikal yang dilakukan oleh guru mata pelajaran lain, idealnya
harus ada ruangan untuk melakukan konseling kelompok yang idealnya diisi oleh
8-15 siswa.
Cara mengatasi keterbatasan ruangan, bisa
menggunakan ruangan perpustakaan, musholah dan ruang-ruang yang kosong saja
untuk melakukan konseling kelompok. Pak…….. adalah guru bk satu-satunya dan
harus menangani 500 siswa, tapi idealnya 1 guru bk menangani siswa 150 anak dan
beliau merasa kekurangan guru bk di sekolah. Karena idealnya lebih dari 500 anak
harus memiliki minimal 3 guru bk, dan untuk penghitungan kerja juga di hitung
dari jumlah siswanya. Untuk mendapatkan jam kerja 24 jam harus ada 150 siswa.
Pak…… juga tidak menjangkau semua kelas, yang terjangkau olehnya yaitu kelas 12
ada 4 kelas (sekitar 160 an siswa) dan juga membantu kelas 10 yang baru masuk
dan masih menggunakan kurikulum KTSP yang harus dapat bimbingan dalam memilih
jurusan nanti.
Untuk membantu siswa memilih jurusan yaitu
dengan tes minat yang dilakukan oleh tim khusus dari luar,dan mereka sendirilah
yang memberikan nilai tesnya. Dan pak……. melakukan assessment awal untuk
mengetahui kepribadian setiap individu, dan menggali informasi sebanyak mungkin
untuk bahan konseling dan untuk melanjutkan ke program selanjutnya. Pak…… melakukan
assessmen menggunakan instrument ITP (inventori teori perkembangan) yang
dikeluarkan langsung oleh UPI Bandung. Dari hasil tes ini nanti akan diketahui
permasalahan-permasalahan setiap individu, dan untuk melakukan konseling
kelompok itu dikumpulkan dari orang-orang yang memiliki masalah yang sama.
Namun untuk saat ini bimbingan kelompok belum terlaksana karena keterbatasan
ruangan tersebut, untuk sekarang masih menggunakan bimbingan klasikal yaitu
dengan layanan dasar saja seperti : pemberian materi tentang bimbingan
social-pribadi, bimbingan karir, dan bimbingan akademik saja.
Lalu bagaimana memberikan layanan dasar
tersebut?. Pak……. Melakukan layanan dasar dengan cara masuk ke kelas-kelas,
itupun harus mencari jam-jam kosong saja, seperti disaat tidak ada guru yang
masuk karena ijin atau hal lainya,atau nyolong jam lain, dan jika ada siswa
butuh bimbingan individual atau kelompok itu bisa diatur jadwal untuk
bimbingan, biasanya di jam istirahat dan disitu pak,,,,,,, meminta izin kepada
petugas piket untuk masuk kelas dan memberikan materi-meteri tersebut. Untuk
melakukan kerjasama dengan pihak lain, pak,,,, melakukan kerjasama dengan
wakasek kesiswaan dan wali kelas mengenai bimbingan belajar, dan untuk
bimbingan karir bekerjasama dengan pelatih di ekskul tapi tetap yang
infentariskan itu bk, guru bk sebar angket dan kemudian kita yang mengarahkan
siswa sesuai minat dan bakatnya yang telah dilihat dari pengisian angket
tersebut. Namun ada saja kasus ketika anak tidak mau mengikuti ekskul walaupun sudah
kita arahkan, cara mengatasinya yaitu dengan tetap menorong agar siswa
mengikuti minimal 1 ekskull untuk mengisi kekosongan agar kekosongan itu tidak
diisi dengan hal yang negative.
Antusiasme anak menjadi PR bagi guru bk,
karena image siswa mengenai guru bk itu sudah buruk, mereka mengenal guru bk
itu merupakan guru yang punishment, yang galak,guru jutek, yang hanya menangani
murid yang bermasalah saja. Cara mengatasinya yaitu dengan melakukan
pendekatan-pendekatan terhadap anak atau ngobrol dengan murid akrab dengan
murid (jemput bola), dan diawal mengisi materi selalu diberi pertanyaan “apa
yang kalian ketahui mengenai guru BK” dan jawabannya selalu negative-negatif,
setelah itu memberikan penjelasan yang menyeluruh kepada siswa mengenai seperti
guru BK yang sebenarnya dan menghilangkan kesan yang buruk dari fikiran siswa.
Dan guru BK harus memiliki sikap yang empatik, simpatik, dan menjaga
kerahasiaan siswa yang curhat. Kesan guru bk yang killer disekolah harus
dihapus, karena bagaimana bisa menggali informasi dari murid jika murid saja
sukar untuk ngobrol atau curhat kepada guru bk. Alhamdulillah kesan terhadap
guru BK di SMAN 1 KOPO ini semakin baik, jadi banyak siswa yang sudah mulai
curhat ke guru bk, bahkan ada yang sampai menangis, dll.
Resiko jadi guru BK itu kadang-kadang selalu kesan miring dari guru-guru
atau yang lainnya yang belum mengetahui program BK itu seperti apa. Contoh :
guru BK dekat dengan murid perempuan kelas 12 yang berpenampilan menarik, itu
selalu ada kesan bahwa ada kedekatan tertentu antara guru BK dan siswanya
seolah-olah secara emosi ada ketertarikan. Itu adalah hal yang wajar ketika ada
yang berpikiran seperti itu, dan kita sebagai guru BK membantu murid karena ada
rasa empati ingin membantu bukan karena rasa suka yang lain.
Dan untuk mengatasi permasalahan seperti
pemikiran negatif guru-guru lain mengenai tugas guru BK yang dinilai hanya
duduk-duduk saja atau sering dekat dengan siswa khususnya siswa perempuan,
pak,,,,,,, secara pribadi memberikan pengertian kepada guru-guru lain mengenai
tugas atau program guru BK itu tidak sama dengan tugas atau program dari guru
mata pelajaran yang lain. Langkah-langkahnya mungkin sama dengan guru MP lain,
ada program ada silabus. Namu yang membedakan ialah, guru bk membuat silabus
stelah melakukan tahap assessment awal tadi dan mengetahui kebutuhan setiap
individu, tetapi guru MP yang lain itu sudah sejak awal mereka membuat silabus.
Dan silabus guru BK akan berbeda setiap smesternya, karena harus disesuaikan
dengan perkembangan dan perubahan pribadi individu. Ada individu yang harus
dilayani dalam bimbingan social-pribadi dan smester selanjutnya mungkin
individu tersebut kembali harus mendapatkan layanan yang sama atau mungkin
harus mendapatkan layanan bimbingan di karirnya. Silabus tersebut akan berubah
sesuai dengan hasil dari kegiatan layanan selama 1 smester sebelumnya.
Jadi guru bk itu tidak sulit, malah
menyenangkan, karena selalu berhubungan dengan orang-orang berbeda setiap
harinya dan menganal banyak karekter. Ada suatu kebanggaan juga ketika bisa
membantu anak dalam memecahkan masalahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar